Sejarah Taman Nasional Komodo adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia yang semakin berkembang dengan ragam wisata alam yang dapat Anda temui. Taman Nasional Komodo berada di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Taman Nasional ini terdiri dari beberapa pulau yaitu, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Komodo, Gili Motang, dsb. Taman Nasional Komodo telah diakui UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia sejak 1991.
Taman Nasional ini pertama kali didirikan pada 1980 sebagai upaya pemerintah melindungi habitat Komodo. Taman Nasional ini juga berupaya melindungi Komodo dari kepunahan.
Selain untuk melindungi Komodo, Taman Nasional Komodo juga melindungi 277 hewan yang berasal dari Australia dan Asia. Selain hewan yang ada di daratan Taman Nasional, terdapat pula 253 spesies terumbu karang dan kurang lebih 1000 spesies ikan.
Taman Nasional Komodo merupakan kumpulan pulau-pulau vulkanis. Pada tahun 1991, Taman Nasional ini menjadi salah satu dari new 7 wonders.
Pulau Komodo mendapat vote tertinggi dari 6 kandidat lainnya yaitu, Pulau Jeju, Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Mountain Table.
Taman Nasional Komodo juga menjadi simbol nasional pada tahun 1992. Simbol nasional ini ditetapkan oleh Presiden RI saat itu.
Sejak mendapatkan berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo semakin meningkat dari tahun ke tahun dan membuatnya terkenal hingga saat ini.
Penutupan kawasan Pulau Komodo santer terdengar. Hal ini dilakukan demi menjaga kelestarian Komodo serta habitatnya. Di balik kabar penutupan Pulau Komodo, Yuk simak beberapa fakta sejarah Taman Nasional Komodo!
Cerita Masyarakat Tentang Sejarah Taman Nasional Komodo
Selain fakta sejarah Taman Nasional Komodo, legenda dan cerita rakyat yang berkembang di Taman Nasional Komodo sangat menarik untuk ditelusuri.
Mengingat fakta bahwa Ora atau Komodo hanya ada di pulau-pulau tertentu di NTT, membuat masyarakat cukup heran sehingga berkembang cerita-cerita rakyat sejak dahulu kala.
Menurut beberapa sumber, terdapat beberapa legenda dan cerita rakyat yang masih dipercaya masyarakat hingga sekarang.
Dikisahkan hiduplah sepasang suami istri. Sang istri bernama Putri Naga dan si lelaki bernama Moja. Setelah menikah, sang putri melahirkan sepasang anak lelaki kembar.
Namun, bentuk fisik kedua anak tersebut berbeda, yang satu berbentuk manusia normal dan satunya berbentuk kadal. Suami istri ini malu lalu mengasingkan anak yang berbentuk kadal ke pulau lainnya. Olehnya, si anak kadal diberi nama Ora dan yang berbentuk manusia dinamai Gerong.
Ketika dewasa, Gerong menemukan kadal raksasa di tengah hutan saat sedang berburu.
Gerong hampir saja menghunuskan pedang ke kadal raksasa tersebut. Namun, sang ibu melarangnya dan mengatakan bahwa kadal raksasa itu adalah Ora, tak lain kembarannya sendiri.
Sejak saat itu, manusia hidup berdampingan dengan Komodo yang ada di beberapa pulau dalam kawasan Taman Nasional ini.
Cerita ini juga mengajarkan masyarakat setempat bahwa Komodo adalah bagian dari mereka. Pembunuhan dan perburuan Komodo dilarang karena dianggap melukai saudara sendiri.
Ditemukan Pertama Kali Oleh Orang Belanda
Sebelumnya, kawasan Taman Nasional Komodo merupakan kawasan yang jarang dijamah oleh manusia. Populasi masyarakat tidak sepadat di pulau-pulau lainnya yang menjadi kawasan pendudukan Belanda.
Pada tahun 1910, seorang tentara Belanda bernama Letnan Steyn van Hens van Broek berburu di kawasan Pulau tak bernama yang kini dikenal dengan nama Pulau Komodo. Ia berhasil menembak seekor biawak raksasa yang sebelumnya belum pernah ia temui dimanapun.
Selanjutnya kulit dan dokumentasi Komodo dibawa ke Museum dan Pusat Botani di Bogor. Di pusat botani ini, Komodo diteliti oleh para peneliti terkenal, salah satunya adalah Peter Ouwens.
Penelitian ini menunjukkan betapa menariknya Komodo sebagai salah satu spesies biawak raksasa yang hanya ada di NTT.
Hal ini mendorong Kesultanan Bima mengeluarkan Surat Keputusan untuk melindungi Komodo. Surat ini dikenal dengan namaverordening van het sultanat van Bima.
Saat itu kawasan Taman Nasional Komodo belum resmi menjadi salah satu Taman Nasional. Namun, terdapat beberapa dokumen dan kesepakatan sebagai bentuk pemerintahan saat itu yang berusaha melindungi keberadaan Komodo di area habitatnya.
Sebagai contoh, SK Pemerintah Manggarai 1926 tentang perlindungan Komodo, SK residen Timor 1927, pembentukan suaka margasatwa di Pulau Rinca dan Pulau Padar, dsb.
Proses Panjang Pembentukan Taman Nasional Komodo
Proses pendirian taman nasional cukup berlangsung lama dengan proses yang panjang. Setelah Belanda tidak lagi menduduki Indonesia, fokus terhadap kawasan Pulau Komodo berkurang.
Apalagi pada awal kemerdekaan pemerintah lebih memprioritaskan pembenahan yang ada di kehidupan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan, dan penjagaan Indonesia agar tidak jatuh lagi ke tangan penjajah.
Fokus konservasi dilakukan lagi pada tahun1965 melalui surat keputusan Menteri Kehutanan yang menunjuk Pulau Komodo menjadi suaka margasatwa yang sah di pemerintahan Indonesia dengan luas kurang lebih 31.000ha.
Lalu, pemerintah juga menetapkan Pulau Padar, Pulau Rinca, dan Daratan Wae Wuul atau dikenal juga dengan nama Mburak sebagai kawasan hutan wisata atau suaka alam. Luas kawasan hutan wisata ini seluas 20.500ha.
Kemudian, Menteri Kehutanan mengeluarkan pengumuman pembentukan Taman Nasional pada 1980. Awalnya taman nasional hanya mencakup area Pulau Komodo saja karena pulau ini merupakan pusat habitat dari Ora.
Hingga pada 1992, Taman Nasional Komodo meliputi Pulau Rinca, Pulau Padar, dan luas perairan sejumlah 132.572ha. Fungsi suaka margasatwa juga berubah menjadi Taman Nasional Komodo pada tahun ini.
Akankah Tutup pada 2020?
Kabar tutupnya Taman Nasional ini semakin terdengar akhir-akhir ini. Bukan tanpa alasan, setelah perjalanan panjang Pulau Komodo menjadi salah satu objek wisata yang dikenal oleh masyarakat dunia, ternyata meningkatnya animo turis membawa dampak yang memengaruhi Taman Nasional Komodo.
Pada 2017, Pulau Komodo dikunjungi oleh lebih dari 120.000 wisatawan dan 60 persennya merupakan wisatawan mancanegara.
Hal ini secara tidak langsung mengganggu habitat Komodo. Dengan adanya terlalu banyak wisatawan yang berada di area Pulau Komodo, akan mengganggu komodo juga satwa-satwa lainnya.
Selain itu, penutupan ini dilakukan untuk memulihkan populasi rusa yang merupakan makanan bagi Komodo. Saat ini, pengawasan yang kurang menguasai orang-orang yang masuk ke Pulau Komodo, membuat banyaknya perburuan liar terjadi.
Perburuan liar ini tidak hanya mengganggu Komodo namun juga menjadikan rusa sebagai sasaran berburu. Kurangnya populasi sangat memengaruhi ketersediaan makanan bagi Komodo yang saat ini terancam punah.
Penutupan juga dilakukan untuk memberikan waktu renovasi bagi pemerintah untuk membangun beberapa fasilitas penunjang serta memperbaiki kerusakan yang ada di Taman Nasional Komodo.
Bagaimanapun juga, Taman Nasional Komodo hanya ditutup sementara. Upaya ini untuk menjaga keberlangsungan pelestarian Komodo. Perjalanan pembangunan kawasan yang menjadi rumah bagi Komodo ini tentunya tak mudah hingga menjadi Taman Nasional.